Minggu, 15 Maret 2015

KISAH ALI BIN ABI THOLIB R.A

Episode Khulafa'urrosyidiin  ( 4 ) Belajar Tarikh Islam ( Sejarah Islam )


Mengingat kembali kisah kisah islami sebelum diceritakan kembali ke anak anak, adalah Suha Ainun nafisah (5tahun) putri ke-2 kami yang pada saat ini  sedang tumbuh dengan masa2 keemasan dalam hal menyimpan ingatan dimemory ( storage ), Ia sering meminta diceritakan kisah2 sahabat Nabi Muhammad SAW baik diwaktu senggang maupun dikala menjelang tidur. Dengan ini kita sebagai orang tua wajib menceritakan bagaimana kisah kisah islami yang menceritakan perjuangan islam dari saat pertama kali wahyu pertama diterima oleh Nabi Muhammad SAW hingga bagaimana perjuangan sahabat2 beliau dalam keikut sertaannya menyebarkan Islam. Sangat Miris ketika kita mendengar anak anak sekarang ini lebih mengingat tokoh2 kartun ketimbang tokoh2 islam. Mudah2 an dengan metode ini kita lebih bisa mengenalkan tokoh2 isalam ini satu persatu kepada anak2 kita. Amiin.

Kisah Masuk Islam-nya Ali Bin Abi Tholib R.A

Ali bin Abi Thalib ialah salah seorang sahabat Rasulullah saw yang dijamin masuk syurga. Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Mekkah pada tahun 27 setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ali bin Abi Thalib adalah kemenakan Rasullullah, ketika Ali masih kanak – kanak penduduk Mekah dilanda kelaparan, untuk mengurangi penderitaan Abu Thalib, maka Muhammad memohon kepada pamannya Abbas membantu memelihara Ja’far sedangkan Muhammad membantu Ali
Sejak saat itu Ali tumbuh menjadi remaja yang baik dibawah didikan Muhammad, Nabi Muhammad SAW senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada Ali, ketika Muhammad diutus menjadi Nabi, Ali berumur 13 tahun. Dialah orang pertama masuk Islam setelah Siti Khadijah (Istri Nabi)

Ali dibesarkan dirumah  Nabi Muhammad, walaupun masa kecil Ali bersama Nabi Muhammad sebelum menjadi nabi, namun didikan Muhammad kepada kemenakannya itu sungguh sudah mencerminkan perilaku Islam, Muhammad mengajarkan untuk senantiasa berbuat baik. Misalnya, selalu mencontohkan sifat jujur dan bertanggung jawab, selalu berkata benar (shiddiq), tak pernah berbohong, suka bersilahturahmi, suka menolong sesama mereka. Memuliakan tamu dan mendukung usaha – usaha kemuliaan, mengasihi yang kecil dan menghormati yang lebih besar dan sifat  - sifat yang laiinya. Para ahli sejarah sepakat mengatakan bahwa nabi Muhammad sejak kecil tidak pernah terbawa atau tergoda untuk menyembah berhala. Allah senantiasa menjaga nabi Muhammad sejak sebelum menjadi Nabi. Dalam suasana seperti itulah Ali bin Abi Thalib hidup bersama Nabi Muhammad SAW
Setelah menerima wahyu yang pertama, nabi Muhammad SAW menyerukan kepada keluarganya untuk memeluk Islam. Siti Khadijah yang senantiasa mendukung perjuangan Nabi tentu saja menjadi pemeluk agama Islam yang pertama kemudian Zaid, anak angkat nabi Muhammad yang senantiasa mengantarkan makanan kepada Nabi Muhammad semasa berkhalwat di gua Hira
Saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, Ali bin Abi Thalib baru berusia 10 – 11 tahun. Dia menyaksikan dengan seksama ketika Nabi Muhammad dan Siti Khadijah melakukan Shalat, Ali memperhatikannya dengan heran. Setelah selesai melaksanakan shalat. Bersama Siti Khadijah, Ali menyatakan dengan apa yang baru saja dilihatnya, dengan keberanian Ali tersebut maka Rasulullah mengajaknya untuk memeluk Agama Islam. Rasulullah menerangkan kepada Ali “Ini adalah agama Allah yang diridhai-Nya dan telah diutuskan Rasul – rasul sebelumku  untuk menyampaikannya, aku mengajakmu untuk beriman kepada Allah yang Maha Esa, yang tidak Sekutu baginya dan sekaligus menyembah-Nya dan ingkarilah Latta dan Uzza”. Kemudian Ali yang masih kecil itu menjawab “Apa yang anda ketahui itu suatu yang benar, karenanya sebelum aku mengambil keputusan akan aku rundingkan dahulu dengan ayahku”, mendengar jawaban Ali demikian polosnya, nabi berkata “Wahai Ali jika kamu belum masuk Islam, sebaiknya dirahasiakan saja berita iniaa,”

Salah satu kisah menakjubkan Ali bin Abi Thalib ialah menyambungkan kembali tangan seorang hamba yang terpotong tanpa meninggalkan bekas. Tangan orang itu dipitong karena kesalahannya telah mencuri. Ketika ia ditanya siapa yang telah memotong tangannya, ia Menjawab dengan bangga bahwa Ali lah yang telah menghukumnya dengan memotong tangannya.
Salman al-Farisi yang mendengar kata-kata hamba itu kemudian mengabarkan hali tersebut kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Beliau pun memanggil hamba itu dan meletakkan tangannya ka atas siku hamba tersebut serta menutupnya dengan kain sambil berdoa. Kemudian terdengar suara yang memerintahkan kain itu diangkat. Setelah diangkat, ajaib tangan itu kembali tersambung seperi sedia kala tanpa ada bekas sama sekali.
Kisah masuknya Ali ke dalam islam juga cukup menarik. Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib datang ke rumah Nabi Muhammad saw, pada waktu itu Rasulullah dan istrinya Siti Khadijah sedang shalat. Seusai shalat,
Ali bertanya, “Muhammad,
apakah yang engkau lakukan itu?”

“Inilah agama Allah dan untuk itu Dia mengutus utusan-Nya. Maka aku ajak engkau untuk masuk ke jalan Allah Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan hendaklah engkau kafir kepada patung Latta dan Uzza,” terang Nabi

“Sesungguhnya ajakan ini sama sekali belum pernah aku dengar sampai hari ini, tetapi untuk itu aku perlu berunding dengan Ayahku Abu Thalib karena aku tidak dapat memutuskan sesuatu tanpa dia”

Nabi Muhammad saw mencegahnya, sebab khawatir kabar ajarannya akan menyebar sebelum ada perintah Allah untuk menyiarkannya. “Hai Ali, jika engkau belum mau masuk islam, simpanlah dulu kabar ini!”

Kemudian pada suatu malam, Allah swt membukakan pintu hati Ali untuk masuk islam. Ali segera menemui Nabi dan berkata, “Bagaimanakah ajakan yang engkau sucikan itu, ya Muhammad?”

“Hendaklah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan, kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan hendaklah engkau kafir terhadap patung Latta dan Uzza dan engkau tinggalkan agama berhala”

Ajakan itu diterima oleh Ali dan beliau pun masuk islam, namun, masih dengan ketakutan terhadap ayahnya, Ali tetap merahasiakan keislamannya selama beberapa waktu.

Ali bin Abi Thalib juga diberikan karunia akan kemampuannya kebal terhadap panas dan dingin. Abu Laila bertandang menemui Ali. “Wahai Amirul Mukminin, orang-orang memerhatikan sesuatu yang aneh pada dirimu”

“Apa itu, wahai Abu Laila?”
“Pada hari yang panas, engkau keluar dengan memakai pakain luar yang tebal. Namun, saat cuaca sedang dingin, engkau malah memakai dua lapis baju tipis tanpa melindungi diri dari rasa dingin”

“Bukankah engkau bersama kami waktu di Khaibar, wahai Abu Laila?” Tanya Ali
“Benar, pada waktu itu aku bersamamu”
“Sesungguhnya Rasul mengutus Abu Bkar ke medan peperangan, namun beliau terkalahkan. Lalu Rasul mengirim Umar, namun beliau pun terkalahkan. Rasulullah bersabda, ‘Aku akan berikan bendera perang ini kepada seorang pria yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Ia bukan pengecut dan Allah akan memenangkannya.’ Beliau menyuruh seseorang memanggilku dan segera aku menemui Rasulullah. Ketika itu, mataku sedang sakit dan tidak bisa melihat apa pun. Rasulullah meludahi kedua mataku ini sambil berdoa, ‘Ya Allah, kebalkanlah ia dari panas dan dingin’ sejak saat itu baik panas maupun dingin tidak pernah menggangguku lagi ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar